Dilihat 0 Kali

UIN SUKA

Selasa, 09 September 2025 09:44:00 WIB

Merajut Kebangsaan Lewat Peta Riset

Di sebuah aula yang riuh namun penuh gairah intelektual, Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) S2 Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga menggelar acara yang bukan sekadar kuliah umum. Berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), acara bertajuk “Merajut Indonesia dari Bawah: Identitas, Harmoni, dan Peta Riset Masa Depan” ini menjadi semacam oase di tengah gersangnya wacana kebangsaan yang kerap terperangkap dalam isu-isu permukaan.

Senin, 8 September 2025, suasana di Convention Hall UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dipenuhi oleh para mahasiswa, dosen, dan peneliti yang haus akan pemikiran baru. Mereka berkumpul bukan untuk berdebat soal politik, melainkan untuk mendalami bagaimana identitas dan harmoni sosial dapat dikelola melalui riset yang membumi. Para pembicara, yang datang dari latar belakang beragam, menawarkan perspektif yang saling melengkapi.

Sebagai keynote speech Dr. Abdur Rozaki, M.Si., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama UIN Sunan Kalijaga, membuka acara dengan pesan yang tegas. Ia menekankan bahwa keberagaman bukanlah sekadar fakta sosiologis, melainkan potensi besar untuk membangun negara yang adil dan berkelanjutan. Namun, potensi itu bisa jadi bumerang jika tidak dikelola dengan baik. "Kegagalan memelihara keragaman dan praktik korupsi adalah dua hal yang mendatangkan kehancuran bagi sebuah negara. Kalau dua hal ini bisa kita kelola, Indonesia dapat menjadi bangsa yang besar," katanya, seraya mengajak para akademisi untuk menghasilkan riset yang relevan dan mampu menjawab tantangan nyata di masyarakat.

Tak hanya mengurai teori, riset yang membumi itu dicontohkan oleh Prof. Dr. Koeswinarno, seorang peneliti dari BRIN. Dengan gaya bertutur yang ringan, ia menceritakan tentang tradisi saprahan di Pontianak, sebuah tradisi makan bersama di atas hamparan yang sarat makna kebersamaan. "Pertemuan lintas budaya di Pontianak memperlihatkan dua etnis dominan, yakni Melayu dan Dayak, selain juga Jawa dan Tionghoa. Komposisi ini sangat memengaruhi realitas sosial di sana," jelasnya. Ia melihat praktik sederhana seperti saprahan ini menjadi perekat sosial yang menjaga kerentanan konflik etnis di Pontianak. Sebuah bukti bahwa kearifan lokal bisa menjadi solusi nyata dalam merawat harmoni.

Sementara itu, Dr. Hijrian Angga Prihantoro, Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga, melengkapi diskusi dengan pembahasan tentang identitas dan harmoni dalam bingkai keislaman. Ia menyoroti pentingnya pengembangan masyarakat Islam yang mampu melahirkan narasi inklusif. Menurutnya, pemahaman terhadap Al-Qur'an dan Sunnah seringkali terpolarisasi, padahal ia melihat tradisi lokal bisa menjadi jembatan. Ia memberikan contoh risetnya mengenai tradisi Nyadranan di Temanggung, sebuah tradisi Islam yang digelar bersama oleh masyarakat lintas iman. "Riset-riset serius yang berjejaring dengan lembaga seperti BRIN menjadi kunci dalam merawat keragaman sekaligus memperkuat identitas kebangsaan," tegasnya, menunjukkan bagaimana penelitian dapat berperan aktif dalam memperkuat toleransi.

Kuliah umum ini bukan sekadar ajang berbagi pengetahuan, melainkan sebuah seruan bagi para akademisi muda untuk keluar dari menara gading. Ia menggarisbawahi bahwa riset, budaya, dan harmoni sosial adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Peta riset masa depan, menurut para pembicara, tidak lagi cukup hanya berhenti pada data, melainkan harus mampu menjadi "obat" yang memulihkan luka-luka sosial, mempertemukan perbedaan, dan merajut kembali Indonesia dari fondasi yang paling bawah: masyarakatnya.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, Ketua Prodi S2 PMI, Prof. Dr. Hj. Sriharini, S.Ag., M.Si, menyampaikan bahwa acara ini menjadi fondasi penting bagi para mahasiswanya. "Saya berharap setelah acara ini akan memberikan manfaat yang besar, di antaranya menambah luas wawasan akademik, meningkatkan motivasi, serta memperluas jejaring networking dengan pihak luar," ujarnya. 

Sriharini juga menegaskan bahwa kuliah umum ini adalah bagian dari upaya prodi untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai agent of change yang mampu menjadi motor penggerak pembangunan masyarakat Islam. "Untuk mengimplementasikan tujuan tersebut, kami memiliki beberapa rencana tindak lanjut, seperti kuliah lapangan, pengabdian masyarakat, riset kolaborasi, hingga publikasi karya ilmiah," kata Sriharini. (Kh)