Ilmu dakwah kini tak lagi sekadar urusan ceramah di mimbar. Ia telah menjelma menjadi kekuatan strategis yang ditantang untuk merespons isu-isu struktural global, mulai dari kemiskinan, disinformasi media, hingga krisis iklim. Pergeseran peran krusial inilah yang menjadi sorotan utama dalam The 9th International Da’wah Conference (IDACON) 2025 yang diselenggarakan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga.
Konferensi internasional tahunan ini berlangsung pada Kamis, 02 Oktober 2025, bertempat di Hotel Grand Rohan, Yogyakarta. Mengangkat tema yang sangat relevan dan mendesak, yakni "Shaping the Future of Da’wah: Addressing Inequality, Advancing Inclusive Societies, and Driving Sustainable Development".
Dekan FDK UIN Sunan Kalijaga, Prof. Dr.Arif Maftuhin, M.Ag., M.A.I.S dalam sambutan pembukaannya, menyatakan bahwa tema ini dipilih karena urgensi saat ini. "Kita bertemu pada saat ketidaksetaraan—sosial, ekonomi, digital, lingkungan—terus memperlebar jarak antara aspirasi dan kesempatan," ujar Arif Maftuhin. Ia menegaskan bahwa jika dakwah pada dasarnya adalah panggilan menuju kebaikan, maka tugas bersama saat ini adalah membuat panggilan itu menjadi "masuk akal, penuh kasih, dan efektif" di dunia yang kompleks.
Senada dengan Dekan, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof. Noorhaidi, S.Ag., M.A., M.Phil., Ph.D yang memberikan sambutan dari Leiden secara online, menggarisbawahi tantangan Indonesia sebagai negara Muslim terbesar yang berjuang mengatasi masalah sosial dan ekonomi. "Meskipun kita berupaya keras mencapai tujuan pembangunan, masih banyak orang hidup dalam kemiskinan," kata Prof. Noorhaidi. Ia meyakini bahwa dakwah dapat dikontekstualisasikan untuk merespons isu-isu seperti kemiskinan dan kerentanan, termasuk bagi segmen masyarakat yang terpinggirkan seperti difabel dan perempuan, dengan menafsirkan kembali doktrin agama dan menghubungkannya dengan masalah nyata di masyarakat.
Menurut Dr. Muh Ulil Absor, S.H.I.,M.A Ketua Panitia IDACON 2025, konferensi ini secara spesifik bertujuan untuk melakukan lima hal penting yakni satu rekonseptualisasi Da’wah sebagai kekuatan strategis yang berbasis nilai untuk mengatasi ketidaksetaraan struktural, eksklusi sosial, dan tantangan pembangunan berkelanjutan. Dua mengesplorasi Model-model dakwah Inovatif dalam merespons isu-isu kontemporer seperti kesehatan mental, disinformasi media, migrasi, krisis iklim, hingga pemberdayaan kelompok marginal.
“Tiga mendorong Integrasi Nilai-nilai Islam dalam tata kelola partisipatif, advokasi kebijakan, aksi lingkungan, dan gerakan sosial inklusif. Empat mendorong Pertukaran Pengetahuan di antara akademisi, praktisi, pengambilkebijakan dan institusi di tingkat lokal hingga global, dan kelima menghasilkan Rekomendasi Strategis dan agenda kolaboratif yang menempatkan dakwah sebagai katalisator untuk perubahan transformatif dan berkelanjutan”, kata Ulil.
Untuk membedah dari tema konferensi ini, IDACON 2025 menghadirkan para pakar dari berbagai belahan dunia seperti Prof. Paul DuongTran, M.S., M.S.W., Ph.D (California State University), Prof. Alimatul Qibtiyah, Ph.D (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga), Prof. Michael Stafford Northcott, Ph.D (University of Edinburg), dan Fang Yi Xue, Ph.D. (Taylor's University, Malaysia).
Arif Maftuhin menutup sambutannya dengan harapan agar IDACON 2025 dapat menghasilkan tiga hal konkret: wawasan yang dapat ditindaklanjuti (policy notes dan practice guidelines); kemitraan baru antara universitas, pemerintah, LSM, dan media; serta komitmen pada keberlanjutan melalui publikasi bersama dan program kolaboratif.
Ia juga berpesan agar semangat diskusi haruslah menghargai (respektif) namun tetap ketat (rigorous), jujur tentang kendala, serta memastikan aksesibilitas bagi peserta disabilitas. Konferensi ini juga menjadi model praktik berkelanjutan dengan meminimalkan limbah dan menggunakan sumber daya digital—mengingatkan bahwa bumi adalah amanah yang harus dijaga.
Dalam konferensi ini juga dipresentasikan 47 makalah yang berasal dari dosen dan mahasiswa baik dari berbagai kampus. Paper tersebut dibagi dalam lima cluster sesuai tema prodinya masing-masinglima yang ada di fakultas Dakwah dan Komunikasi yakni Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial, Prodi Manajemen Dakwah, Prodi Bimbingan Konseling Islam, Prodi Komunikasi Penyiaran Islam dan Prodi Pengembangan Masyarakat Islam.dan mungkin bisa ditambahi ada 47 tulisan dari dosen dan mahasiswa yang juga mengangkat isu tentang dakwah sesuai. (Kh)