Dilihat 0 Kali

UIN SUKA

Rabu, 17 September 2025 08:19:00 WIB

Fakta dan Makna: Peran Vital Jurnalisme di Tengah Gempuran Informasi

Di tengah hiruk-pikuk disrupsi digital yang kian masif, media massa konvensional menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan. Pertanyaan fundamental, "Apa yang membedakan media arus utama dengan jutaan konten yang bertebaran di internet?" menjadi inti diskusi dalam talkshow "Media dan Politik: Fakta vs Makna" yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga, Selasa (16/9/2025). Acara ini berlangsung di Teatrikal FDK dan menghadirkan dua pembicara utama, yaitu dosen Prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) FDK Dr. H. Hamdan Daulay, M.Si., M.A. dan Ikrob Didik Irawan, S.T., Manajer Online Tribunjogja.com.

Talkshow ini tak sekadar membahas teori, melainkan juga menyingkap perjuangan para jurnalis dalam memilah kebenaran di era banjir informasi. Dr. Hamdan Daulay menyoroti pentingnya peran kaum intelektual Muslim dalam menyikapi media dan politik kontemporer. Ia menekankan bahwa seorang intelektual Muslim harus mampu menyampaikan pesan yang mencerahkan masyarakat berdasarkan prinsip kejujuran. "Sebagai komunikator, intelektual Muslim harus cermat dan hati-hati," ujarnya. 

Ia juga menambahkan, "Setiap informasi yang meragukan harus dikroscek dan diverifikasi terlebih dahulu atau tabayyun, seperti yang diajarkan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hujurat ayat 6", tutur Hamdan.

Senada dengan hal itu, Ikrob Didik, yang telah 14 tahun berkecimpung di dunia jurnalistik, berbagi pengalamannya tentang pergeseran konsumsi informasi dari era koran cetak hingga era kecerdasan buatan (AI). Ia menjelaskan bahwa era internet dan media sosial telah melahirkan "jurnalisme real-time" yang singkat dan terus diperbarui, sering kali dikemas dengan gaya penulisan yang berorientasi pada SEO dan clickbait. 

Namun, ia menegaskan bahwa media arus utama memiliki keunggulan, yaitu kemampuan untuk menyajikan berita yang lebih lengkap dan mendalam. "Tantangan media mainstream sekarang adalah bagaimana mengolah fakta agar memiliki makna," kata Ikrob.

Dalam paparannya, Ikrob menjelaskan perbedaan mendasar antara jurnalisme fakta dan jurnalisme makna. Jurnalisme fakta berfokus pada data dan kejadian nyata, menjawab unsur 5W+1H dan menghindari opini pribadi. Sebaliknya, jurnalisme makna memberikan konteks, latar belakang, dan relevansi, membantu pembaca memahami arti dari sebuah peristiwa.

Ikrob memberikan contoh kasus pembunuhan Brigadir J yang diangkat oleh Tribun Jambi. Ia menjelaskan bagaimana para jurnalis Tribun Jambi tidak hanya melaporkan fakta kematiannya, tetapi juga menggali kejanggalan-kejanggalan di balik kasus tersebut, seperti larangan membuka peti jenazah dan tidak adanya upacara pemakaman kedinasan. "Fakta menjaga akurasi, sedangkan makna memberikan wawasan. Kombinasi keduanya membuat media mainstream menjadi sumber terpercaya," pungkasnya. (Kh)