Tantangan baru bagi petugas haji terbentang di depan mata.
Tuntutan pelayanan prima bagi jemaah lansia dan difabel yang diusung pemerintah
menjadi tugas tersendiri, tentu saja tanggung jawab besar ini harus dilakukan
petugas dengan sebaik-baiknya selama musim ibadah haji berlangsung.
Hal ini disampaikan Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Prof. Dr. Arif
Maftuhin, M.Ag., M.A.I.S., dalam sambutannya pada Pembukaan Pelatihan
Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji dan Umrah
Profesional Angkatan ke-16 di University Hotel Yogyakarta, Sabtu (23/8)
kemarin.
Pelatihan yang berlangsung 23-29 Agustus 2025 ini digelar
oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan
Kementerian Agama (Kemenag) DIY dan Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia
Kabupaten Sleman. Acara ini diikuti oleh 86 peserta dari berbagai daerah
seluruh Indonesia dan dihadiri oleh Kepala Bidang Penyelenggara Haji dan Umrah
(PHU) Kemenag DIY Jauhar Mustofa, S.Si, Rektor UIN Sunan Kalijaga, Prof.
Noorhaidi, S.Ag., M.A., M.Phil., Ph.D. dan Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama UIN Sunan Kalijaga Dr. Abdur Rozaki, S.Ag., M.Si.
"Istitaah itu diciptakan. Istitaah itu bukan sesuatu
yang melekat kepada diri seseorang, tetapi istitaah itu adalah sesuatu yang
kita sediakan, kita layankan. Misalnya yang difabel tidak bisa jalan, kita
sediakan kursi roda. Itu kan artinya kita membuat orang yang awalnya tidak
istitaah menjadi istitaah,” tutur Arif.
Ia juga mengungkapkan, "Kemarin di embarkasi haji (SPC), memulangkan 66 jemaah yang terjaring tidak istitaah dan terpaksa kita pulangkan." Jauhar berharap para peserta sertifikasi dapat menjadi pembimbing yang kompeten dan mampu memberikan pencerahan kepada calon jemaah haji di daerah masing-masing, sehingga dapat meminimalisir jemaah yang dipulangkan karena alasan kesehatan.
Noor Haidi menjelaskan dari waktu ke waktu kita tahu ternyata pelaksanaan haji khususnya selalu menimbulkan masalah-masalah. Karena haji ini bukan hanya terkait dengan manajemen atau pengaturan soal ritual, akan tetapi mobilisasi sekian banyak orang untuk bersama-sama melaksanakan ritual dari proses awal sampai akhir pada waktu tertentu yang sudah ditentukan. “Namun kita juga tahu bahwa haji ini kan memiliki dimensi manajerial lainnya yang sangat ketat. Bagaimana mempersiapkan para jemah haji itu sebelum berangkat terkait, kemampuan ekonomi, kesehatan dan seterusnya”, kata Noor Haidi.
Upaya apapun yang sudah dilakukan oleh pemerintah Indonesia itu harus diapresiasi luar biasa. Karena petugas haji Indonesia yang berhasil mengelola jemaah dengan baik. "Saya bisa membayangkan ini satu hal yang sangat rumit. Bagaimana cara mengaturnya? Jutaan orang datang bersama-sama untuk menunaikan ibadah," lanjutnya. (Kh)