Matrikulasi Mahasantri Pbsb: Bekal Sukses Studi & Sosial

46 mahasiswa yang lolos seleksi Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB)
Pada tahun ajaran baru 2022/2023 ini UIN Sunan Kalijaga menerima 46 mahasiswa yang lolos seleksi Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Pontren) Kementrian Agama RI. Mereka tersebar di beberapa program studi, yaitu Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial (13 orang), Ilmu Hadis (13 orang) di jenjang S1, sedangkan di jenjang S2 mereka berada di Prodi IIS konsentrasi Kajian Halal (10 orang) dan Informatika (10 orang). Sebagai penerima beasiswa, para mahasiswa ini perlu memahami esensi dan konsekuensi program beasiswa yang diterimanya serta program studi yang diambilnya secara general. Sehingga mereka dapat mempertahankan prestasi akademik dan kompetensinya sebagai santri dalam keilmuan agama, keindonesiaan, maupun sosial. Karenanya, diselenggarakanlah kegiatan matrikulasi kepada para mahasantri tersebut, dengan tema Santri untuk Bangsa, Mahasantri UIN Suka Mendunia.
Kegiatan Pembukaan Matrikulasi dilakukan secara serentak oleh 4 Prodi, namun inti matrikulasi yang lebih intensif dilaksanakan oleh Prodi masing-masing setelahnya. Pembukaan Matrikulasi diselenggarakan pada hari Sabtu, 10 September 2022, bertempat di Hotel Merapi Merbabu, Sleman. Hadir dalam kegiatan ini adalah Wakil Rektor 3 bidang Kerjasama dan Kemahasiswaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Abdur Rozaki, M.Si., yang memberikan sambutan mewakili Rektor UIN Sunan Kalijaga, Dekanat dari 3 Fakultas dan Direktur Pasca Sarjana, Para Kaprodi dan Sekprodi, serta dosen. Para Narasumber berasal dari Dirjen Pontren, yaitu Prof. Dr. Waryono Abdul Ghofur, S.Ag., M.Ag. (Direktur Dirjen Pontren Kemenag RI) yang menyampaikan arahan mengenai Kebijakan Umum Peningkatan Kualitas Pondok Pesantren, Dr. Basnang Said, S.Ag, M.Ag, dan Firdah Thawil, S.Pd.I., selaku pengelola PBSB menjelaskan tentang Teknis Ke-PBSB-an yang akan dicapai dimasa yang akan mendatang dan Teknis Pengelolaan PBSB Kemenag RI.
Prof. Waryono dalam arahannya, menegaskan bahwa program beasiswa ini merupakan kebijakan afirmasi bagi para santri, karena selama ini akses santri ke Pendidikan tinggi masih terbatas. Dengan meningkatnya tingkat pendidikan santri, diharapkan mereka dapat terlibat dalam perubahan sosial di Indonesia sebagai Agent of Change. Sedangkan Dr. Basnang menjelaskan bahwa penerima beasiswa PBSB mempunyai hak dan kewajiban. Mahasantri berhak mendapatkan dana Pendidikan dan living cost, tetapi berkewajiban untuk antara lain memperkuat wawasan kebangsaan/keindonesiaan dan tidak mengikuti organisasi yang tujuannya bertentangan dengan azas negara Indonesia, membuat profil pesantren asalnya, nenyelenggarakan rangkaian kegiatan hari santri, membuat karya akhir yang berpihak pada pesantren asal atau daerahnya, menguatkan prestasi akademik, wawasan kebangsaan keindonesiaan, berorganisasi dan Bahasa asing, menjadi teladan di kampus dan mewarnai kampus dengan nilai-nilai pesantren dengan terlibat aktif dalam kegiatan intra dan ekstra kampus. Dr. Basnang juga mengingatkan mahasantri agar berhati-hati dalam bermedia sosial dan berharap agar mahasantri dapat memanfaatkan media sosial untuk hal-hal yang postif. Ibu Firdah menambahkan bahwa salah satu bentuk pertanggungjawaban dari beasiswa yang diterima adalah sungguh-sungguh belajar dan selesai tepat waktu.
Pada sesi terakhir, para Dekan masing-masing Fakultas, Prof. Marhumah, M.Pd. (Fakultas Dakwah dan Komunikasi), Dr. Inayah Rohmaniyah, M.Hum., M.A.,. (Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam), Dr. Khurul Wardati, M.Si. (Fakultas Sain dan Teknologi), Prof. Abdul Mustaqim, M.Ag., (Pascasarjana) berbincang-bincang dengan kelompok mahasantri Prodi masing-masing didampingi Kaprodi. Para Dekan memberikan motivasi agar mahasiswa terus meningkatkan prestasi dengan menceritakan kesuksesan dosen-dosen yang kuliah di luar negeri. Semua dekan menekankan pentingnya penguatan prestasi akademik dan kemampuan menulis mahasantri, dan menambahkan kekhasan masing-masing Prodi, seperti mindset interdisiplin-interkoneksi, kearifan local, identifikasi diri dan penguasaan dasar-dasar ilmu sosial, dan sosio-religius studies. (ech-kh)