Dilihat 0 Kali

UIN SUKA

Jumat, 25 April 2025 10:39:00 WIB

Difabel Intelektual Lulus Kuliah: Kisah Rama Tonggak Baru Sejarah Pendidikan Tinggi Inklusif

Sahabat Inklusif

Minggu lalu, hari Kamis Manis, 17 April 2025 jam 10 Pagi…Dengan kemeja putih dibalut setelan celana dan jas hitam, dan raut wajah tegang tapi terlihat percaya diri, Rama duduk di depan tiga dosen penguji Skripsi: Drs. M. Rosyid Ridla, M.Si., Munif Solihan, MPA. dan Aris Risdiana, S.Sos.I., MM. Hari itu adalah hari bersejarah untuk Rama dan kami di PLD UIN Sunan Kalijaga karena untuk pertamakalinya seorang mahasiswa Difabel Intelektual menghadapi Ujian Akhir Munaqosah. Lulus Ujian Skripsi di Universitas

Nama lengkapnya adalah Muhammad Ramadhan Setiadijaya. Kami memanggilnya Rama. Atas ijin dari Rama dan orang tua nya, saya tadaruskan perjuangan Rama dalam menempuh kuliah selama hampir empat tahun ini sebagai mahasiswa difabel intelektual, hingga akhirnya Lulus ujian Skripsi… Saat nanti diwisuda oleh Rektor UIN Sunan Kalijaga, Rama diyakini akan menjadi Sarjana Difabel Intelektual Pertama di Indonesia

Ketika pertama kali mendaftar kuliah, banyak pihak yang meragukan. "Apa bisa mengikuti perkuliahan? Memahami teori? Nulis skripsi?" Kalimat-kalimat seperti itu seperti badai kecil yang tak pernah berhenti di telinga Rama dan keluarganya. Namun Rama punya kekuatan lain: Kegigihan dan semangat yang tak pernah padam. Ia mampu belajar dengan caranya sendiri, dengan bimbingan 13 TIM Ahli disabilitas di PLD, dengan menulis tangan, mengetik, dengan praktek, dan yang paling menentukan dengan dukungan keluarga yang sangat kuat tanpa takut dianggap berbeda...

…Saat penguji bertanya, "Apa judul skripsi anda?", Rama menjawab dengan wajah tegak tanpa melihat catatan: “PENERAPAN MANAJEMEN MASJID: Studi pada Masjid At Tauhid, Masjid Al Barokah, dan Masjid Miftahul Hasanah”,... Ekspresi para penguji terlihat bahagia, saya yang menyaksikan pun, ikut terkagum. Biasanya pertanyaan seperti ini dijawab oleh mahasiswa yang sedang diuji dengan sambil melihat tulisannya, Rama menjawab nya tanpa perlu melihat tulisan, dia ingat dengan pasti…Rama pun mampu membaca ayat Al-Qur'an dengan lancar saat penguji memintanya...

Presentasi Rama sederhana, tapi jelas. Ia bercerita tentang kajian skripsinya. Ia menyampaikan data, hasil wawancara, dan refleksinya. Kadang ia lupa istilah, kadang juga ia harus membuka catatan, tapi satu hal yang tak pernah hilang: kejujuran dan ketulusan dalam penjelasannya… Meskipun dalam kesehariannya, Rama cenderung pendiam... Di akhir ujian, penguji bertanya, “apa cita-cita, rencana anda?”… Pendek kata, suasana ujian berubah menjadi diskusi yang berjalan menghangat dan berkembang menjadi obrolah yang lebih mencair…

Ketika “yudisium” rapat penilaian skripsi telah selesai dan tim penguji menyatakan Rama  Layak Lulus, ruangan yang sakral itu tak sekadar menjadi saksi akademik, tetapi juga menjadi saksi bahwa satu kesatuan sebuah sistem bisa inklusif, bahwa perjuangan tak mengenal batas, dan bahwa difabel intelektual sekalipun pun berhak atas mimpi yang utuh. 

Meskipun sebagai seorang difabel, Rama bisa memilih tugas akhir dalam bentuk yang lain, tapi Rama memutuskan untuk memilih mengerjakan tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan mengunakan pendekatan Desain Kurikulum yang dimodifikasi dan diadaptasi, Universal Design for Learning (UDL) yang disesuaikan dengan kebutuhan disabilitas Rama sebagai difabel intelektual (baca kembali Tadarus Difabel Minggu ke-22)… UDL adalah pendekatan dalam pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan efektif bagi semua mahasiswa dengan kondisi apapun. 

...Pada hari itu, Rama lulus Ujian Skripsi dengan predikat memuaskan. Saat Ujian Skripsi berakhir, Sang Ibu yang dari tadi menanti dalam Do’a, tidak kuasa untuk menyaksikan langsung ujian itu dan memilih menunggu di luar ruangan, akhirnya bisa diundang masuk dan diajak oleh Rama untuk foto bersama dengan para penguji, agar ikut serta mengabadikan momentum bersejarah ini, momen Rama sebagai mahasiswa difabel intelektual pertama yang lulus dari Universitas. 

Rama lulus sebagai Sarjana S1 pada Program Studi Manajemen Dakwah, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Kalijaga… Sang Ibu sangat bahagia, suaranya bergetar… “Pak saya sampai merinding, tidak menyangka Rama bisa sukses seperti ini”, kata Sang Ibu kepada saya. “Ini sampai bergetar saya pak”, lanjut Sang Ibu terharu bahagia, sambil menyalami tangan saya dan menyambut para penguji serta menyalami yang lainnya…

...Kisah perjuangan Sang Ibu lebih heroik lagi, kisahnya panjang sekali, Ibunya Rama, perjuangannya tidak mudah. Kisah dukungan seluruh keluarga Rama adalah sebuah gambaran kekuatan kebersamaan... Diharu biru oleh sekian banyak peristiwa, penolakan, air mata dan kebahagiaan, kegigihan dan banyak kisah berharga lainnya… Terlalu Panjang kisahnya, tidak cukup ruang untuk saya ceritakan ulang di tadarus ini, meski sudah saya tuliskan di catatan harian saya… Rama serta sang ibu telah mengijinkan untuk saya ceritakan kisah perjalanannya itu, untuk tujuan supaya pengalamannya menjadi cahaya penerang jalan yang dapat ditempuh oleh difabel dan keluarga yang lainnya dalam menjalani semangat dan cita-cita...

… Termasuk kisah bagaimana sejarah Rama punya keinginan kuliah sejak di usia SMA dulu dan bagaimana perjuangan mencari Universitas, penolakan demi penolakan, kegelisahan, semangat juang, hingga akhirnya menemukan takdir di UIN Sunan Kalijaga…

Dalam beberapa kali pertemuan di PLD, saat mendengarkan dengan seksama setiap episode kisah Rama langsung dari Sang Ibu, pernah ada satu momen di mana terkadang saya harus pura-pura mengedip-ngedipkan kelopak mata, hanya untuk menahan agar air mata saya tidak sampai muncul ke permukaan dan raut wajah saya tetap terlihat tenang, itu adalah tentang momen yang membahagiakan, saat itu Ibunya Rama menceritakan kisah dari mulai proses Rama mendaftar kuliah ke Universitas hingga saat Rama sendiri yang membuka dan membaca hasil pengumuman kelulusanya lewat internet yang disaksikan dan ditangisi dengan bahagia oleh semua anggota keluarga… Karena awalnya mereka semua sudah gelisah, dan bersiap-siap menerima bahwa sebagai seorang difabel intelektual, Rama mungkin tidak akan lulus seleksi masuk kuliah di Universitas. Saat itu Sang Ibu sengaja beranjak duduk agak jauh dari Rama karena merasa khawatir, tapi akhirnya momen itu menjadi salah satu momen paling bahagia bagi Rama dan keluarga... Saat menyimak bagian itu, saya pun tidak dapat menahan haru dalam bahagia. Itu juga bagian dari perjuangan dan harapan kami semua di PLD UIN Sunan Kalijaga

Perjuangan Rama adalah satu dari banyak kisah perjuangan difabel di dunia Pendidikan Tinggi. Perjuangan Rama dan keluarga menunjukkan bahwa inklusi bukan sekadar konsep wacana, tetapi sebuah kenyataan yang bisa diwujudkan. Kisah Rama mencerminkan Pentingnya Transformasi dalam Sistem Pendidikan Tinggi agar mampu mengakomodasi beragam kebutuhan belajar mahasiswa… Bukan mahasiswa difabel yang harus sepenuhnya menyesuaikan diri dengan sistem, tetapi sistem pendidikan lah yang harus berkembang, agar semua mahasiswa bisa belajar secara optimal sesuai dengan kondisinya,… Dunia pendidikan harus mendifinisikan ulang setiap standar pendidikan yang selama ini sudah dianggap kebenaran mutlak dan absolut.

Hari itu, Kamis Manis, 17 April 2025, bukan hanya Rama yang berhasil menang meraih mimpinya. Tetapi juga keluarganya, dosennya, teman-temannya, bahkan kampusnya. Semua belajar satu hal penting: "Ketika kita memberi kesempatan, kita tak hanya membuka pintu untuk seseorang, kita sedang membuka JENDELA DUNIA yang LEBIH ADIL untuk semua orang."… Jika anda terpanggil oleh visi kami, bergabunglah dalam perjalanan dan pengalaman kami di sini, di UIN Sunan Kalijaga: "Empowering Knowledge, Shaping the Future"
Oleh :Dr. Asep Jahidin, S.Ag., M.Si Dosen Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial,
Koordinator Pusat Layanan Difabel UIN Sunan Kalijaga