Merawat Kerukunan Politik

Menjelang pelantikan presiden dan wakil presiden tanggal 20 Oktober 2024, diperlukan kerukunan politik di tanah air. Kerukunan politik menjadi modal penting untuk membawa bangsa ini semakin maju ke depan. Diperlukan kedewasaan berpolitik bagi setiap anak bangsa untuk mewujudkan kerukunan.

Adanya perbedaan pilihan politik merupakan hal yang wajar dalam demokrasi. Namun perbedaan pilihan politik jangan dijadikan potensi permusuhan dan kebencian sesama anak bangsa. Demokrasi menjadi semakin kuat dan berkualitas manakala berbagai perbedaaan yang ada bisa dikelola dengan baik. Ibarat sebuah taman yang dihiasi berbagai warna bunga, ada warna putih, kuning hijau, merah dan ungu, membuat taman semakin indah dan sejuk dipandang.

Jangan sampai sesama anak bangsa saling jegal dan terjebak konflik karena pilihan politik yang berbeda. Perbedaan yang dikelola dengan baik adalah bagian dari keindahan demokrasi. Setiap warga bebas menyalurkan pilihan politiknya dengan suasana bahagia tanpa ada tekanan dari mana pun. Esensi demokrasi menjadi semakin indah manakala setiap orang mendapat suasana bahagia menyalurkan aspirasi politiknya di tengah perbedaan yang ada. Aspirasi masyarakat hendaknya jangan dibelenggu oleh partai politik dengan berbagai persekongkolan jahat. Akibatnya pesta demokrasi yang sejatinya membuat suasana bahagia bagi masyarakat, berubah menjadi permainan jahat elit politik yang mabuk kekuasaan. Kini saatnya semua pihak berpikir jernih untuk mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan keluarga, kelompok dan golongan.

Pluralitas Masyarakat

Indonesia adalah sebuah mozaik dalam kategori apapun, baik keyakinan agama, karakter budaya, identitas etnik, pola-pola adat, dan afiliasi politik. Lazimnya sebuah mozaik, jika direnungkan sesaat, di dalam diri Indonesia tercermin apa yang pernah diucapkan seorang antropolog Perancis, Claude Levi-Strauss (1995), yang mengatakan bahwa keragaman ada di belakang, di depan, dan bahkan di sekeliling kita. Dengan demikian, bagi Indonesia keragaman dalam berbagai hal itu memang sebuah realitas, sama sekali bukanlah hal yang baru. Atas nama keragaman itu, Indonesia sesungguhnya adalah taman yang luar biasa indah, sehingga berada di dalamnya penuh dengan dinamika dan tantangan.

Di tengah masyarakat yang plural, senantiasa ada ancaman dan kekhawatiran terjadinya konflik, sehingga perlu selalu waspada agar jangan sampai potensi konflik yang ada semakin membesar. Kalau masyarakat terjebak pada konflik, akan merugikan bagi semua pihak. Kondisi yang demikian tentu tidak diinginkan, sehingga harus dicari solusi terbaik yang bisa membuat suasana rukun, sejuk, damai dan saling menghargai di tengah berbagai berbedaan.

Bagi masyarakat yang menghargai perbedaan dan mempunyai komitmen merawat perdamaian, selalu berusaha menumbuhkan sikap toleransi, dan mau menghargai perbedaan. Selain itu perlu terus ditingkatkan dialog dan komunikasi yang baik, sehingga berbagai kecurigaan yang ada selama ini bisa dihilangkan. Terlebih pasca kampanye pemilu yang memunculkan berbagai gesekan dan hujatan karena beda pilihan politik, seyogyanya tidak perlu mempertajam perbedaan. Justru yang harus dilakukan oleh segenap komponen bangsa adalah pada aspek penguatan kerukunan dan persaudaraan.

Warga negara yang baik, tentu tidak akan memusuhi sesama saudara sebangsa karena perbedaan pilihan politik. Pilihan politik sah-sah saja berbeda di tengah masyarakat. Perbedaan itu justru harus dihargai sebagai bentuk kedewasaan berdemokrasi. Demokrasi di setiap negara akan semakin indah manakala negara memberi kebebasan kepada masyarakatnya untuk menentukan pilihan politik. Demikian pula dalam konteks kebangsaan dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika, berbagai perbedaan yang ada di tengah masyarakat adalah merupakan kekayaan khazanah budaya bangsa yang diharapkan mampu memperkokoh persatuan.

Kedewasaan berpolitik bisa diukur dengan terwujudnya praktik politik yang santun, damai dan menyejukkan. Walaupun beda pilihan politik, masyarakat hendaknya tetap guyub rukun, saling menghargai dan menguatkan toleransi. Perlu pendidikan politik yang kontiniu kepada masyarakat untuk mewujudkan kedewasaan berpolitik, sehingga masyarakat bisa merasakan politik yang damai dan santun. Sesama anak bangsa hendaknya memiliki komitmen yang kuat untuk merawat nilai-nilai kebangsaan dan nasionalisme di tengah pluralitas yang ada di tengah masyarakat. Masyarakat boleh beda pilihan politik, namun tidak perlu saling caci, saling hujat dan saling fitnah, yang membuat semangat kebangsaan tercerabut. (Deliar Noer, Etika Politik dan Demokrasi, 2009:8)

Demikian pula dengan pergantian pemimpin nagara, dari yang lama ke yang baru, diperlukan keharmonisan demi kepentingan bangsa. Ada banyak kebaikan yang dilakukan pemimpin lama yang patut dipuji dan perlu diteruskan. Namun di sisi lain, banyak juga kesalahan yang dilakukan pemimpin lama yang membuat masyarakat marah karena merusak demokrasi dan menyuburkan dinasti politik di tanah air. Pemimpin yang memiliki kedewasan politik tentu akan menyampaikan permohonan maaf secara tulus kepada masyarakat. Permohonan maaf yang tulus dari seorang peminpin tentu akan diterima oleh masyarakat. Namun kalau permohonan maaf hanya sekedar retorika dan kepura-puraan, akan dinilai masyarakat sekedar sandiwara yang tak bermakna. (*)

(Oleh: Dr. Hamdan Daulay, M.A. Ketua Program Magister KPI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Opini telah dimuat di SKHKedaulatan Rakyat ,Jum'at18Oktober2024)

Kolom Terkait

Kolom Terpopuler