Pertahankan Disertasi, Kaprodi IKS Raih Phd Social Work Di McGill University

Bertempat di ruang sidang Ketua Prorgam Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) Muhammad Izzul Haq berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: Exploring A Muslim Congregation and Leadership in Refugee Resettlement: Case Study of Mosque Refugee Sponsorship in Montreal. Kanada, Senin (17/2).

Dibawah supervisor Prof. Nicole Ives dan Prof. Jill Hanley, Izzul mulai menjalani studi S3 di School of Social Work McGill University, Montreal Kanada tahun 2018 berangkat dari beasiswa 5000 Doktor Kementerian Agama RI. Sempat terkendala situasi pandemi COVID-19 di tahun 2020-2022, pengumpulan data dilakukan setelah itu sampai Izzul pulang ke tanah air di bulan Juli 2023 untuk melanjutkan kepenulisan disertasinya sekaligus kembali mengajar di Prodi IKS Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.

Mulai Oktober 2024 Izzul diamanahi sebagai Kaprodi IKS dan ditengah kesibukannya bisa menyelesaikan disertasinya. Di bulan Februari 2025, Izzul kembali ke Montreal untuk mengikuti ujian terbuka oral defense dihadapan para supervisor, para penguji: Dr. Diara Traore dari Universite de Montreal dan Dr. Sarilee Kahn dari School of Social Work McGill University, serta Graduate Program Director Prof. Tamara Sussmann, dan Pro-Dean Faculty of Arts, Dr. Nikki Lobczowksi.

Dalam presentasinya, Izzul menyajikan temuan tentang model kepemimpinan integratif dalam pemukiman kembali pengungsi (refugee resettlement) yang dilakukan oleh komunitas Masjid Dorval yang berlokasi di pinggiran Montreal yang sudah malang melintang mensponspori pengungsi untuk bermukim kembali (resettle) di Kanada sejak 1990an.

Ketiadaan literatur secara spesifik yang mengulas peran komunitas kongregasi muslim dalam pemukiman kembali pengungsi di Kanada menjadi salah satu gap dalam diskursus yang mendorong Izzul untuk melakukan penelitian dengan mengambil setting komunitas masjid di Montreal.

Dalam penelitannya, Izzul menerapkan berbagai kerangka kepemimpinan untuk menganalisis kepemimpinan masjid dalam program pemukiman kembali pengungsi. Ada dua lapis teori yang dikembangkan, yaitu Leadership-as-Practice menekankan kepemimpinan sebagai proses sosial yang dibentuk oleh interaksi, pengambilan keputusan kolektif, dan konstruksi bersama melalui aktivitas sehari-hari; Servant Leadership, yang berakar pada nilai-nilai Islam, menonjolkan kerendahan hati, pelayanan, serta mengutamakan kesejahteraan komunitas; dan Transformational Leadership berfokus pada upaya menginspirasi dan memotivasi pengikut menuju tujuan yang lebih tinggi, membangun visi, perubahan, dan pemberdayaan.

Izzul menambahkan selanjutnya, lapis kedua, pendekatan teoritik yang lebih baru memperkaya analisis ini seperti Interaction and Relationship-Level Leadership, menyoroti pentingnya ikatan sosial dan kepercayaan; Organizational Culture and Leadership as a System, menempatkan kepemimpinan dalam konteks budaya dan sistemik yang lebih luas di dalam masjid; Participation and Flexibilization in Leadership, mendorong kepemimpinan yang berbagi peran, adaptif, dan kolaboratif; serta Meaning-Seeking and Neuro-Leadership, mengeksplorasi bagaimana pemimpin membangun makna, motivasi, dan keterlibatan emosional dalam pekerjaan mereka dengan para pengungsi.

Teori-teori ini membingkai bagaimana kepemimpinan di Masjid Dorval berfungsi dalam upaya sponsor pengungsi oleh kongregasi keagamaan, serta praktik pekerjaan sosial melalui intervensi dan keterlibatan komunitas.

Di akhir paparannya, Izzul menyodorkan tipikal unik model Canadian Mosque yang merepresentasikan kekhasan masjid tipikal Kanada yang berwawasan terbuka, inklusif, berkarakter kolektif, dan meskipun termasuk kalangan minoritas, tetap aktif terlibat dalam agenda kebijakan sosial pemerintah Kanada. (Iz-Kh)

Liputan Terpopuler